Tanggal sembilan, memberikan bekas yang cukup indah bagiku tiga bulan belakangan ini. Tapi, aku tak yakin apakah aku bisa mempertahankan keindahan setiap di tanggal sembilan untuk bulan selanjutnya.
Aku diguncang asmara di bulan januari kemarin, tepat sekali tanggal sembilan ini ada. Hatiku kembali dibuat begejolak penuh semangat. Ada yang ingin mengisinya setelah kurang lebih tiga tahun aku memutuskan untuk sendiri. Saat itu kebahagiaan itu kembali mengisi hati. Kuputuskan memilihmu diantara laki-laki yang tengah dekat denganku selama hampir tiga tahun menyendiri.
Ku nikmati minggu demi minggu, hari demi hari, jam demi jam, menit demi menit, dan detik demi detik saar bersamamu. Setelah peristiwa tanggal sembilan itu aku memutuskan untuk menjaga dan membuatnya selalu nyaman. Setiap hari kita selalu membagi kabar, senang, sedih, dan gelisah selalu kita bagikan bersama. Kamu selalu menjadi pendengar baik saat aku tengah bercerita, sebaliknya pun begitu, aku selalu menjadi pendengar yang baik saat kau tengah lelah dengan semua rutinitasmu.
Setiap waktu aku selalu siap menemanimu, aku selalu siap duduk di jok belakang motormu, aku selalu siap membantumu yang selalu terburu-buru. Aku selalu mendoakanmu setiap kita akan tidur. Aku tak pernah ingin menutup setiap malamku bersamamu. Entah, aku suka sekali berbalas pesan denganmu melalui chatting.
Aku bahagia, sangat bahagia. Ku ceritakan kebahagiaanku kepada semua teman-temanku. Maklum, biasanya aku yang selalu menghibur mereka dengan guyonan murahanku ini, tapi semenjak bersamamu aku bagikan kebahagiaan hidupku. Ku ceritakan betapa berwarnanya hidupku berjalan bersamamu.
Ku perkenalkan kamu ke beberapa teman dekat, bahkan satu jurusan di kampus tahu dirimu adalah seseorang yang paling penting dihidupku. Kalau boleh pamer sedikit hehe, aku ini aktivis di kampus, jadi tak heran kalau aku cukup dikenal. Maka dari itu, kamu juga ikut dikenal.
Orangtua dan abangku juga tahu kamu, mereka merasa aku sudah ada yang menjaga. Sedikit tenang sepertinya kalau aku sudah pulang agak larut. Walau orangtuaku sempat tidak suka denganmu karena kamu terlalu larut mengantarku pulang hehe, it's no problem!
Semakin sering bersamamu, semakin meningkat pula level sayang dan cinta ini untukmu. Aku tak ingin kehilanganmu, bahkan untuk tahan kabar darimu saja aku tak bisa. Sekarang bagaimana? Aku harus merasakan itu, mau tidak mau aku ini bukan lagi hal yang paling penting untukmu. Aku harus membiasakan diri tanpamu. Sulit sepertinya.
Sudah hampir sebulan kita tidak memiliki hubungan spesial lagi. Awalnya memang salahku mengungkit kembali masa lalumu, tapi aku tidak pernah menyangka hal ini lah yang membuatmu pergi. Maafkan aku.
Aku ingin sekali membuang semuanya, dulu hampir setiap hari kita bertemu, hampirr setiap hari ku ucapkan kata "rindu" kepadamu. Sekarang? Untuk memanggil panggilan sayang saja aku enggan, apalagi mengatakan kalau aku rindu masa-masa kita bersama.
Ketika semuanya terlambat, maka penyesalan itu semakin merasuk dalam benak. Berpikir untuk melupakan atau mengenang semua. Diri ini sebenarnya belum sanggup menerima keadaan seperti tiga tahun sebelumnya. Aku baru bahagia denganmu, kini aku malah mendapat kesedihan dan penyesalan bertubi-tubi. Maaf sekali lagi maafkan aku.
Terima kasih sudah memberiku kesempatan dalam hidupmu, setidaknya aku sudah membuatmu cukup bahagia. Setidaknya aku sudah pernah bahagia bersamamu. Mungkin kisah ini akan kutanam sampai waktu panen itu datang. Terima kasih untuk semua hal yang sudah kita lalui bersama walau belum lama. Aku bangga pernah punya kamu, ku harap kamu pun begitu. Disini aku masih setia menanti keputusan terakhir yang sudah kamu tentukan nanti. Salam sayang, wanitamu.
Sabtu, 09 April 2016
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar