Hari itu kembali datang ke jalan hidup yang ku pilih sebelumnya. Kecewa? Pasti, gundah? Tentunya, sedih? Apalagi itu. Ditinggalkan bukanlah sesuatu yang selalu diharap. Tapi apadaya jalan itu kembali datang, pilihannya jalan lurus terus atau kamu ingin tetap berdiri disini dan menunggu bis dengan supir yang sama menjemputmu lagi.
Aku sudah melakukan semua yang terbaik untuknya, bahkan hal kecil yang menurutnya tidak penting selalu aku anggap penting. Kurang lebih kami mengenal sudah empat bulan, menurutku ini sangat cukup. Kami pendekatan selama sebulan, sampai akhirnya dia menyatakan memulai denganku. Bukan main bahagianya aku.
Selama sebulan kami pendekatan, aku dan dia melakukan tukar pikiran, aku terbuka semua hal kepadanya, sebaliknya pun dia begitu. Sebulan itu rasanya sangat lama buat kami, artinya kami tak pernah menyangka bertemu seperti ini, saling nyaman, hampir setiap hari bertemu sampai lupa waktu dan larut. Aku sangat bahagia saat itu.
Bulan kedua kami sudah semakin dekat karena sudah mengikat satu sama lain. Segala hal tentangnya selalu kuceritakan kepada teman dan kerabat. Saat dia down, gelisah, panik, terburu-buru aku selalu setia menemani. Aku senang menemani masa-masa sulitnya.
Bulan ketiga kami semakin dekat tapi dengan akhir kerenggangan. Kebahagiaan yang ku nanti selama kurang lebih dua tahun ini sirna. Menurutnya aku melakukan kesalahan yang sangat fatal. Aku mengingatkan masa lalunya bersama wanita itu. Sampai akhirnya dia memutuskan untuk sendiri tanpa ada bayang-bayangku dan wanitanya dulu. Aku mulai setia menanti jawaban terbaik
Bulan keempat aku menunggu semuanya yang sedang dia lakukan untuk kebaikan hubungan kami. Namun apa yang aku terima? Dia menyatakan untuk kembali dengan wanitanya dulu. Sakit, kecewa, sedih, gundah, semua campur aduk dalam pikiran dan hati ini. Tidak menyangka hatiku bisa seluka ini. Aku hanya dapat menangis.
Sekarang, aku siap bahagia melihatmu dengannya kembali. Setidaknya semua yang sudah kita lakukan sudah cukup membuatmu bahagia. Setidaknya aku sempat menorehkan senyuman dibibirmu. Aku siap menjalani hidup sendiri seperti dua tahun sebelumnya. Percayalah, aku sudah tidak ingin mencari yang seperti dirimu. Kamu cukup sempurna untukku. Aku akan tetap disini, melihatmu bahagia sudah cukup tenang bagiku. Bukan munafik, tapi kita harua bersikap dewasa. Semua hal di dunia ini fana, berharap yang terbaik sudah menunggu di depan.
Kamis, 28 April 2016
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar