Kini aku sudah menemukannya, sosok yang bisa menjaga, melindungi, menyayangi, dan menghargaiku. Tetapi, apa yang kurang ya? Memang dasar manusia tidak pernah puas.
Saat itu kamu putuskan untuk menjalaninya bersamaku, mengarungi sisi-sisi kehidupan. Aku kecewa awalnya, kamu meninggalkan dia, dia yang sempat membahagiakanmu selama lima tahun belakangan ini. Di sisi lain aku bahagia bisa bersamamu tanpa ada yang harus ku takuti lagi. Artinya aku bebas mengunggah foto-foto kita di social mediaku.
Ternyata aku salah, aku sudah menyakiti hati seseorang disana karena sikapku yang kelewatan bahagia. Dia wanitamu dulu kini sedang menahan sakitnya rindu keeadaan bersamamu. Namun, apa yang aku lakukan? Membuatnya retak dan hancur berkeping-keping. Ah, selalu seperti ini, aku kembali jatuh cinta pada orang yang salah.
Aku merasa dilingkari kesalahan yang sama, mencintai orang yang hatinya masih dimiliki wanita lain. Kenapa selalu begini? Apa aku tak pantas bahagia? Aku hanya mencari seseorang yang selama ini aku harapkan. Tapi, mengapa selalu salah sasaran? Haruskah aku membiarkan kebahagiaan ini meracuni seluruh hatiku? Aku lelah.
Kamu dan aku sudah bersama sekalipun tak bisa membuat perasaanku ini tenang. Aku masih tidak nyaman dengan beberapa pesan dia yang menunjukkan perasaannya. Aku sakit, tapi apa pantas aku sakit? Bukankah aku yang telah menyakiti hati wanita itu duluan? Aku tak bisa marah padamu lelakiku, aku tak berhak meelarangmu. Kini, aku di ambang angan, aku bahagia atas dasar merebut kebahagiaan wanita lain.
Aku tak mungkin melepaskanmu lelakiku, kamu lah yang kini selalu memenuhi kotak pesanku. Bantu aku menanti kamu sampai waktu yang ingin kamu akhiri. Aku sudah telanjur jatuh di hatimu, mencari jalan keluar pun aku tak mampu karena kini ku sedang terluka. Biarkan aku tinggal agak lama sampai pulih. Tuntun aku untuk kebahagiaan kita ke depan tanpa bayang-bayang perasaan takut. Aku hanya ingin nyaman bahagia bersamamu. Boleh?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar