Malam
ini terasa dingin, hujan datang, angin kencang menghembus seluruh ruas jalan. Selalu
seperti ini setiap akhir bulan Oktober. Hujan datang tiba-tiba, membasahi
seluruh yang berada diluar rumah tak perduli bagaimana kegiatan mereka yang
diluar. Seperti cinta, datang tiba-tiba, kemudian meracuni seluruh jiwa ini,
hati ini, hidup ini tanpa perduli bagaimana dengan perasaan yang sedang
terjadi.
Tetapi
aku bahagia masih bisa mencintai dia, walau dia tidak tahu bagaimana keadaan
perasaanku. Kalau saja dia mengetahui bagaimana perasaanku sebenarnya.
Aku
mencintai kamu tanpa ingin kamu mengetahui apa yang aku rasakan, sakit memang
untuk tidak mengungkapkan perasaan ini. Jika aku ungkapkan apa kamu akan
menjauh? Jika aku ungkapkan apa kamu akan pergi? Dan jika aku ungkapkan apa
kamu akan membenci ku?
Aku
hanya takut jika itu terjadi, takut kehilanganmu, takut kamu pergi, takut kamu
membenci ku. Aku bukan seseorang yang egois, bukan seseorang yang selalu
memaksakan kehendak, tapi aku adalah seseorang yang munafik, ya munafik dengan
perasaan sendiri.
Kalau
saja mengungkapkan perasaan semudah aku mencintaimu akan aku lakukan itu walau
kamu tidak memiliki perasaan yang sama denganku. Mungkin sudah cukup untukku
menunggu sebuah kepastian yang memang tidak akan ada. Aku menunggu, menanti dan
mengharapkan sesuatu yang tidak pernah ada untukku.
Saat
ini hanya perasaan yang tidak akan pernah aku ungkapkan kepadamu, mungkin aku
memang tidak bisa memilikimu, tapi aku harap kamu tetap disini walau kita tidak
bisa bersama. Mungkin Tuhan telah menetapkan kamu untuk menjaga aku sebagaimana
kamu menjaga Adikmu, mungkin Tuhan ingin aku menemukan yang lebih baik, mungkin
Tuhan telah mengatur dengan siapa nanti aku akan bersanding dan dengan siapa
nanti kamu akan bersanding.
0 komentar:
Posting Komentar