Jumat, 30 Mei 2014

Mimpi Itu Indah



Malam itu bintang-bintang tersenyum indah kepadaku, aku menatap penuh haru, ku dapati bintang itu membentuk suatu inisial nama seseorang, seseorang yang tadi siang aku temui di sekolah, seseorang yang selalu jutek ketika bertemu denganku, entah apa yang aku pikirkan tentang dia, sampai-sampai aku selalu membayangkan wajahnya, cueknya, dan tawa lepasnya ketika sedang berkumpul dengan teman-temannya. “Ahh, sudahlah dia tak mungkin memikirkanku juga...” gumamku lalu segera tidur
Pagi itu aku berangkat sekolah diantar oleh ojek langgananku setiap aku pergi dan pulang dari sekolah, aku masuk kedalam gerbang sekolah yang telah diramaikan oleh para murid sekolah SMA Bangsa. Dari kejauhan aku melihat sosok seseorang yang selama ini aku mimpikan, “iya itu dia, dia si Mr. Jutek” ujarku sambil melihatnya dari jauh. Pagi itu aku semangat sekali ingin berangkat sekolah, bukan karena ingin bertemu dia si Mr. Jutek, tapi karena hari ini pelajaran matematika, aku senang menghitung, apalagi menghitung sudah berapa hati yang ku kirimkan untuk dia orang yang aku mimpikan tiap malam. “Ahh apalah aku ini, sudah sudah fokus sekolah hari ini hihi...” gumamku sambil berjalan memasuki gerbang sekolah.
Ketika bel tanda istirahat berbunyi aku masih tetap dikelas, karena aku memang selalu membawa bekal yang disiapkan ibu setiap aku sekolah. Kadang aku sendirian dikelas menyantap makanan yang kubawa, karena teman-temanku sudah asik jajan di kantin. Ditengah makanku, aku masih melamunkan wajah si Mr. Jutek itu, entah apa yang ada di dalam dirinya sampai bisa membuatku jatuh hati padanya. Saat itu ia lewat didepan kelasku, ia menengok kedalam kelasku dan melihat dikelas cuma ada aku seorang, ia langsung melebarkan bibirnya dengan senyuman ramah kepadaku.
“Ahh...ini mimpi, mimpi, mimpi di siang bolong...” ujarku sambil mengucek-ucek mataku melihat ia tersenyum kepadaku. Lalu aku segera menyelesaikan makan siangku saat itu, aku langsung bereskan semua buku yang ada dimejaku dan aku langsung keluar kelas sekedar untuk duduk-duduk santai didepan kelas sambil menunggu si Mr. Jutek lewat lagi.
Ku tunggu dia dibangku depan kelasku, namun tak juga muncul batang hidungnya lewat sini. Sampai akhirnya bel pun berbunyi, aku masuk kedalam kelas dengan langkah gontai karena tak dapat melihat dirinya lagi saat itu, aku duduk ditempatku, teman-temanku yang lain juga sudah mulai berdatangan satu persatu dari istirahatnya. Ku longok lagi keluar pintu dari tempat dudukku, ia tak juga lewat. “Mungkin tadi aku hanya mimpi ahh, sudah lupakan..lupakan...” ujarku dalam hati. Hari itu pelajaran selesai dan murid-murid mulai keluar dari kelasnya masing-masing.
Aku berjalan menuju gerbang sekolah dimana biasa Pak Samri menjemputku, aku berjalan sangat lemas. “Oi Git, lemes banget, sakit?” ujar Dita teman sekelasku, “Ehh, engga engga kok Dit, cuma lagi capek aja nih hehe” ujarku, “Oalah, yaudah aku duluan ya, udah dijemput sama pacarku hihi” ujarnya sambil berlari melambai kearahku, “Iya hati-hati ya” ujarku. Ku tunggu Pak Samri didepan gerbang sekolah tak juga muncul, arlojiku sudah menunjukkan pukul 15.15. Beberapa menit kemudian handphoneku berdering keras ketika aku sedang menunggu Pak Samri, ternyata Pak Samri menelponku, segera ku angkat. “Halo, neng gita. Maaf ya bapak ga bisa jemput, soalnya anak bapak sakit” ujarnya ditelpon, “Yah pak, kok ga ngabarin dari tadi?” ujarku mengeluh, “Iya neng maaf ya, dari tadi bapak sibuk anterin dia kepuskesmas, sampai lupa ngabarin eneng, maaf ya neng” ujarnya memohon, “Yaudah deh pak gapapa, oh iya pak lekas sembuh ya untuk anaknya” ujarku lembut karena kasihan mendengar anaknya sakit, “iya neng terima kasih banyak ya neng, hati-hati pulangnya, sekali lagi maafin saya ya neng” ujarnya lagi, “iya pak gapapa kok” ujarku lalu menutup telponnya.
Aku masih didepan sekolah menunggu angkutan umum yang lewat, karena angkutan umum jarang yang lewat sekolahku, jadi aku harus sabar menunggu ada angkutan yang lewat. Kemudian terdengar suara motor dari sekolahku, seseorang disana mengendarai motor dengan menggunakan helm dan menyapa satpam sekolahku dengan ramah. Kemudian ia menoleh kearahku, lalu menghampiriku yang sedari tadi berdiri menunggu angkutan umum, “bareng ga?” ujarnya, ku lihat dengan seksama, siapakah orang dibalik helm ini, “ah aku kenal matanya, mata si...” ujarku lalu aku langsung mengangguk cepat kepadanya.
Disepanjang perjalanan pulang aku dan dia masih terdiam, belum ada pembahasan apa-apa yang dapat aku utarakan kepadanya dan akhirnya ia memecahkan suasana hening yang sedari tadi aku rasakan diatas motornya, “rumah lo dimana?” ujarnya, “di jalan walet, kamu tau?” ujarku sambil gelagapan, “oh disitu, iya tau itu searah sama rumah gue kok, kalau ga besok-besok kita bareng lagi aja, dari pada lo naik angkot yang ga tau pernah lewat sekolah kita apa engga” ujarnya panjang, “sebenernya aku harusnya dijemput sama ojek langganan aku, cuma karena anaknya sakit jadi tadi dia ga jemput” ujarku lagi, “oh gitu, yaudah bareng aja sama gue, besok gue jemput ya dirumah” ujarnya sambil berhenti persis didepan pintu pagar rumahku, “ah tapi, ga ngerepotin?” ujarku sambil turun dari motornya, “ya enggalah, kita kan satu sekolah juga, apa yang harus direpotin” ujarnya lagi, “ehm yaudah deh hehe, besok aku tunggu disini ya, kalau aku belum keluar panggil aku aja” ujarku, “oke deh, gue pulang dulu ya, Git” ujarnya sambil melaju dengan motornya, aku tercengang melihatnya melaju, bukan karena dia mengendarai motor dengan kencang, tapi tak ku sangka. Dia tahu namaku.
Aku terbangun dari tidur panjangku malam itu dengan mimpi yang sangat indah, lalu aku bergegas menuju kamar mandi untuk mandi dan berangkat sekolah. Aku sadar kalau semua itu hanya mimpi tidurku yang indah, karena hanya ada satu kata yang dapat ku ucap untuknya, cukup kata kalau aku menyukainya tanpa perlu ia ketahui.

0 komentar:

Posting Komentar