Malam
itu bintang-bintang tersenyum indah kepadaku, aku menatap penuh haru, ku dapati
bintang itu membentuk suatu inisial nama seseorang, seseorang yang tadi siang aku
temui di sekolah, seseorang yang selalu jutek ketika bertemu denganku, entah
apa yang aku pikirkan tentang dia, sampai-sampai aku selalu membayangkan
wajahnya, cueknya, dan tawa lepasnya ketika sedang berkumpul dengan
teman-temannya. “Ahh, sudahlah dia tak mungkin memikirkanku juga...” gumamku
lalu segera tidur
Pagi
itu aku berangkat sekolah diantar oleh ojek langgananku setiap aku pergi dan
pulang dari sekolah, aku masuk kedalam gerbang sekolah yang telah diramaikan
oleh para murid sekolah SMA Bangsa. Dari kejauhan aku melihat sosok seseorang
yang selama ini aku mimpikan, “iya itu dia, dia si Mr. Jutek” ujarku sambil
melihatnya dari jauh. Pagi itu aku semangat sekali ingin berangkat sekolah,
bukan karena ingin bertemu dia si Mr. Jutek, tapi karena hari ini pelajaran
matematika, aku senang menghitung, apalagi menghitung sudah berapa hati yang ku
kirimkan untuk dia orang yang aku mimpikan tiap malam. “Ahh apalah aku ini,
sudah sudah fokus sekolah hari ini hihi...” gumamku sambil berjalan memasuki
gerbang sekolah.
Ketika
bel tanda istirahat berbunyi aku masih tetap dikelas, karena aku memang selalu
membawa bekal yang disiapkan ibu setiap aku sekolah. Kadang aku sendirian
dikelas menyantap makanan yang kubawa, karena teman-temanku sudah asik jajan di
kantin. Ditengah makanku, aku masih melamunkan wajah si Mr. Jutek itu, entah
apa yang ada di dalam dirinya sampai bisa membuatku jatuh hati padanya. Saat itu
ia lewat didepan kelasku, ia menengok kedalam kelasku dan melihat dikelas cuma
ada aku seorang, ia langsung melebarkan bibirnya dengan senyuman ramah
kepadaku.
“Ahh...ini
mimpi, mimpi, mimpi di siang bolong...” ujarku sambil mengucek-ucek mataku
melihat ia tersenyum kepadaku. Lalu aku segera menyelesaikan makan siangku saat
itu, aku langsung bereskan semua buku yang ada dimejaku dan aku langsung keluar
kelas sekedar untuk duduk-duduk santai didepan kelas sambil menunggu si Mr.
Jutek lewat lagi.
Ku
tunggu dia dibangku depan kelasku, namun tak juga muncul batang hidungnya lewat
sini. Sampai akhirnya bel pun berbunyi, aku masuk kedalam kelas dengan langkah
gontai karena tak dapat melihat dirinya lagi saat itu, aku duduk ditempatku,
teman-temanku yang lain juga sudah mulai berdatangan satu persatu dari
istirahatnya. Ku longok lagi keluar pintu dari tempat dudukku, ia tak juga
lewat. “Mungkin tadi aku hanya mimpi ahh, sudah lupakan..lupakan...” ujarku
dalam hati. Hari itu pelajaran selesai dan murid-murid mulai keluar dari
kelasnya masing-masing.
Aku
berjalan menuju gerbang sekolah dimana biasa Pak Samri menjemputku, aku
berjalan sangat lemas. “Oi Git, lemes banget, sakit?” ujar Dita teman
sekelasku, “Ehh, engga engga kok Dit, cuma lagi capek aja nih hehe” ujarku, “Oalah,
yaudah aku duluan ya, udah dijemput sama pacarku hihi” ujarnya sambil berlari
melambai kearahku, “Iya hati-hati ya” ujarku. Ku tunggu Pak Samri didepan
gerbang sekolah tak juga muncul, arlojiku sudah menunjukkan pukul 15.15. Beberapa
menit kemudian handphoneku berdering keras ketika aku sedang menunggu Pak
Samri, ternyata Pak Samri menelponku, segera ku angkat. “Halo, neng gita. Maaf ya
bapak ga bisa jemput, soalnya anak bapak sakit” ujarnya ditelpon, “Yah pak, kok
ga ngabarin dari tadi?” ujarku mengeluh, “Iya neng maaf ya, dari tadi bapak
sibuk anterin dia kepuskesmas, sampai lupa ngabarin eneng, maaf ya neng”
ujarnya memohon, “Yaudah deh pak gapapa, oh iya pak lekas sembuh ya untuk
anaknya” ujarku lembut karena kasihan mendengar anaknya sakit, “iya neng terima
kasih banyak ya neng, hati-hati pulangnya, sekali lagi maafin saya ya neng”
ujarnya lagi, “iya pak gapapa kok” ujarku lalu menutup telponnya.
Aku
masih didepan sekolah menunggu angkutan umum yang lewat, karena angkutan umum jarang
yang lewat sekolahku, jadi aku harus sabar menunggu ada angkutan yang lewat. Kemudian
terdengar suara motor dari sekolahku, seseorang disana mengendarai motor dengan
menggunakan helm dan menyapa satpam sekolahku dengan ramah. Kemudian ia menoleh
kearahku, lalu menghampiriku yang sedari tadi berdiri menunggu angkutan umum, “bareng
ga?” ujarnya, ku lihat dengan seksama, siapakah orang dibalik helm ini, “ah aku
kenal matanya, mata si...” ujarku lalu aku langsung mengangguk cepat kepadanya.
Disepanjang
perjalanan pulang aku dan dia masih terdiam, belum ada pembahasan apa-apa yang
dapat aku utarakan kepadanya dan akhirnya ia memecahkan suasana hening yang
sedari tadi aku rasakan diatas motornya, “rumah lo dimana?” ujarnya, “di jalan
walet, kamu tau?” ujarku sambil gelagapan, “oh disitu, iya tau itu searah sama
rumah gue kok, kalau ga besok-besok kita bareng lagi aja, dari pada lo naik
angkot yang ga tau pernah lewat sekolah kita apa engga” ujarnya panjang, “sebenernya
aku harusnya dijemput sama ojek langganan aku, cuma karena anaknya sakit jadi
tadi dia ga jemput” ujarku lagi, “oh gitu, yaudah bareng aja sama gue, besok
gue jemput ya dirumah” ujarnya sambil berhenti persis didepan pintu pagar
rumahku, “ah tapi, ga ngerepotin?” ujarku sambil turun dari motornya, “ya
enggalah, kita kan satu sekolah juga, apa yang harus direpotin” ujarnya lagi, “ehm
yaudah deh hehe, besok aku tunggu disini ya, kalau aku belum keluar panggil aku
aja” ujarku, “oke deh, gue pulang dulu ya, Git” ujarnya sambil melaju dengan
motornya, aku tercengang melihatnya melaju, bukan karena dia mengendarai motor
dengan kencang, tapi tak ku sangka. Dia tahu namaku.
Aku
terbangun dari tidur panjangku malam itu dengan mimpi yang sangat indah, lalu
aku bergegas menuju kamar mandi untuk mandi dan berangkat sekolah. Aku sadar
kalau semua itu hanya mimpi tidurku yang indah, karena hanya ada satu kata yang
dapat ku ucap untuknya, cukup kata kalau aku menyukainya tanpa perlu ia
ketahui.
0 komentar:
Posting Komentar